Tuesday, October 8, 2013

WUKUF DI PADANG ARAFAH.

Catatan Perjalanan Armina.

Hj. Ida Chandra, H. Uu Suminta dan Hj. Een (saya)


Kamis, 28 Desember 2006/ 8 Dzulhijjah 1427 H (Hari Tarwiyah)

Menuju perjalanan ke Arafah.

Udara sangat dingin.
Hari kami berangkat meninggalkan Mekkah menuju Arafah bada' dzuhur
Kupanjatkan doa kepada Pemilik Hidup dan Matiku.
Memohon keselamatan dalam melaksanakan Rukun Haji.
Akupun siap melaksanakan ibadah haji.

Diawali dengan bersuci yaitu mandi dan berwudhu, berpakaian ihram serta shalat dua raka'at sebagai shalat sunnat Ihram, kemudian dengan ku ucapakan niat berhati
 "Labbaika Allahumma  Hajjan"
Aku penuhi panggilan-Mu Ya Allah untuk berhaji.

Maka mulai detik itu juga, aku dalam keadaan ihram sehingga segala larangan ihram pun mulai berlaku.
Kami bersama rombongan melaksanakan  rukun haji.

Rukun Haji  : Ihram, Wukuf di Arafah, Tawaf Haji ( Ifadah ), Sai, Tahallul (cukur)  dan tertib.
Rukun Haji adalah rangkaian amalan yang HARUS dilakukan dalam ibadah haji dan tidak dapat digantikan dengan yang lain, walaupun dengan dam. Jika ditinggal  maka tidak sah hajinya

Di dalam bus kami tiada henti menjawab panggilan Allah.
Salah seorang memimpin bacaan, yang lain menirukan beramai ramai.

Labbaik, Allahumma labbaik 

Serentak.kamipun menyambut talbiah:
Labbaik, Allhumma labbaik 

Labbaika laa syariika laka labbaik 
Labbaika laa syariika laka labbaik 

Innal hamda 
Innal hamda

Wan-ni'mata laka walmulk 
Wan-ni'mata laka walmulk 

 Laa syariikalak
 Laa syariikalak

Kami terus bertalbiyah dengan suara lantang dan penuh semangat

"Labbaik, Allhumma labbaik"

erus, terus dan terus, bersahut-sahutan. Makin lama suara makin parau.
Mata memerah berkaca kaca. Airmata keharuan tidak terbendung lagi, manakala hati dan pikiran menyatu, menyadari bahwa saat ini kami adalah tamu tamu Allah yang sedang dalam perjalanan memenuhi panggilan-Nya.
Lama kelamaaan, suara yang semula lantang mulai terbata bata diselingi isak tangis keharuan.

"Labbaik, Allhumma labbaik..."
aku datang memenuhi panggilan-Mu, ya Allah. aku datang memenuhi panggilan-Mu
aku datang memenuhi panggilan-Mu,
Sesungguhnya segala puji kenikmatan dan kerajaan adalah milik-Mu.
Aku datang memenuhi panggilan-Mu

***

Di Arafah udara sangat dingin.
menusuk dalam keadaan ihram.
Laki-laki hanya memakai dua helai kain ihram yang tidak dijahit.
Perempuan masih beruntung bisa tertutup dengan selimut kecuali muka dan kedua tangan dari pergelangan sampai ujung jari (kaffain)
Ujian yang harus ditempuh.
kami ber Ihram dari Mekkah.
Niat untuk  berhaji.
Berbaju putih tertutup.
kecuali muka dan telapak tangan
tidak bercadar dan bermasker
tidak memakai wangi-wangian
Kami berihram, mengharamkan kulit, rambut, membunuh, nikah dan bertengkar
Kami hamba-Mu yang kecil hanya mengharap ke redhoan-Mu Ya Allah.
Ya Allah jadikan kami Haji Mabrur.

Kami tiba di padang Arafah untuk wukuf di keesokan hari.

Warna putih mendominasi di Arafah karena berjuta juta jamaah berpakaian ihram putih.
Sebuah tenda sederhana berdiri dimana-mana dan seadanya.
Tiangnya dari kayu, kadang aku takut roboh karena bergoyang goyang terkena angin.
Tenda hanya dipasang sementara saat musim haji tiba saja.
Kukira padang Arafah itu panas, tandus gersang seperti cerita bapak ibuku yang berhaji dalam keaslian suasana gurun, sekarang sudah dihiasi warna hijau disana sini pepohonan.
Mungkin jamaah haji ditahun mendatang akan wukuf di  'Taman Arafah' yang hijau dan sejuk

Pada Musim ini,  beruntung air dan kamar mandi sangat lancar.

Kamar mandi telah dibangun dengan permanen, tidak sengsara seperti dulu.
Menurut cerita orangtuaku yang berhaji tahun 1990 dan 2000.
Air dan kamar mandi sangat sulit, jangankan mandi, wudhupun antri dengan sekendi air.
Mau buang air besar, hanya berdinding kain yang klosetnya hanya berupa lubang di pasir.
Kalau beruntung yang nongkrong pertama lumayan, tapi kalau sudah banyak buang hajad sehingga lubang sudah penuh. Ibuku sampai mau muntah. Itulah yg menyebabkan Mama tidak ikut tahun ini.

Tetapi ada cerita yang menarik di haji tahun 2006/2007 ini.

Sedari sore hingga malam sampai pagi  belum bertemu nasi.
Roti lagi,  roti lagi, jus kotak lagi,  jus kotak lagi.
Namanya perut Indonesia kalau belum bertemu nasi, namanya belum makan.
Kuakui daripada dikasih roti lebih baik dikasih mie instans.
Saat itu aku bersyukur kepada Allah.
Pada saat pagi hari, ada mukimin orang Madura yang memberiku air panas dan kerupuk,
Alhamdullilah  semua serasa dimudahkan baik di Masjid, di Bus , di Hotel hingga kini.
Di Tanah Air menurut berita kami di kabarkan kelaparan.

Di tanah suci rata rata jamaah terserang batuk karena berubahan udara,

Yang tidak batuk hanya tiang listrik dan rumah.
Kukira aku tidak terkena batuk, tetapi dekat-dekat wukuf malah batuk juga.
Astaagfirullaah al adzim,  takabur kali merasa hebat tidak batuk dibanding dengan yang lain.
Batuk yang sangat lengket dan gatal  sungguh tersiksa.

***
Jumat, 29 Desember 2006/9 Dzulhijjah 1427 H (Hari Arafah)


Wukuf di Arafah

Makna wukuf adalah berhenti, diam tanpa bergerak.

Makna istilah adalah berkumpul semua jamaah haji di padang Arafah, 9 Dzulhijjah.
Hari itu adalah puncaknya ibadah haji dan wukuf adalah sebesar besarnya rukun haji dan hanya ada satu kali dalam setahun pada musim haji.
" Al Haju 'Arafah "
Haji adalah (wukuf) di Arafah (H.R Bukhari dan Muslim)

Wukuf di padang Arafah bagi jamaah haji hanya diberikan kesempatan sejak tergelincir matahari tanggal 9 Dzulhijjah  sampai terbit  hari Nahar tanggal 10 Dzulhijjah.

Alhamdullilaah..saat itu bertepatan dengan haji Akbar.
Wukuf dilakukan setelah khutbah dan shalat jama' qasar taqdim Dhuhur dan Ashar berjamaah.
Wukuf kami laksanakan secara berjamaah dengan memperbanyak zikir, istighfar dan doa sesuai dengan sunnah Rasul

Saat itu aku merasa sebagai hamba yang kerdil dan kecil, di sini di padang Arafah kami hamba hamba-Mu berkumpul  yang datangnya dari berbagai penjuru dunia, berbeda beda bahasa dan warna kulit
Kami datang memenuhi panggilan-Mu Ya Allah dengan satu tujuan dilandasi persamaan.
Tidak ada perbedaan antara kaya dan miskin, antara yang besar dan kecil, antara pejabat dan rakyat.Tiada ada perbedaan bangsa, keturunan dan warna kulit.
Pada hakikatnya kaum Muslimin itu bersaudara, semua hanya mengunakan kain ihram .
Allah tidak membedakan manusia kecuali dari ketaqwaannya.
Arafah yang menjadi  sepenting penting syiar haji diambil dari kata ta'aruf yang artinya saling mengenal dan saling mengenal itu adakah menuju saling menolong, saling membantu diantara jamaah.

Disini di Arafah ini , aku bertafakur dan tadabbur,

bersama berbaju ihram melepas kebahagiaan dan kebanggaan keduniaan.
Merendahkan diri kepada Allah SWT dengan menyatakan  pengakuan dosa,
Ampuni Hamba dari segala dosa... Ya Allah.
Hamba merasa begitu dekat dengan-Mu
dan semua alur kehidupan dari kecil hingga dewasa kembali teringat tiba tiba,
Semua langkah yang telah  kulalui,  dosa yang kulakukan tergambar di Arafah ini.
bahkan kerinduan pada mamaku yang tidak ikut berhaji, tiba-tiba menyesakkan dada.
Ampuni segala dosa anakmu ini, ya duhai yang terkasih, mamaku
semua..semua menangis, sesak dada ini dan berurai airmata.
Semua simpul simpul memori diotak ini dibukakan bahkan yang sudah terlupakan,
saat ini hamba begitu tak berarti.
betapa kusadar, hidup bagai mencelupkan jari di samudera
Ya Allah... Ampuni segala dosaku.Ya Allah hamba begitu kecil di hadapan-Mu.

Saat ini, kepala pun menekur pasrah, tangan - tangan menengadah , mata terpejam khusu

Semua, semua , semua tanpa terkecuali, tak kuasa menahan air mata.
Tamu tamu Allah yang berpakaian ihram menangis terharu.
Insan insan yag memohon belas kasihan Yang Maha Pemurah
Manusia manusia memohon ampunan
namun, tangisan di Arafah terasa begitu nikmat,  sungguh...bersyujur diberikan kesempatan untuk berhaji.

Sebelum kami melanjutkan perjalanan Armina untuk mabit di Muzdalifah, bersama kami melaksanakan shalat berjamaah jama' taqdim  qasar Magrib dan Isya di Arafah

Peristiwa Mu'tamar besar ini akan berlanjut sampai di Mina  dan akan terus berlanjut setiap tahun hingga kiamat tiba.

Catatan kecil.

Setelah  wukuf selesai, di hari Jumat itu
video di handphone jamaah tersebar..
Telah dihukum gantung Saddam Husien. Presiden Irak.
Beliau berteriak  "Allaahhu Akbar!!!" seketika ditendang ketiang gantung.
Sewajarnya seseorang yang dihukum gantung lidahnya keluar,
Masya Allah, beliau seakan tersenyum dengan mulut terkatup.
Ya Allah, terimalah amal ibadahnya dan ditempatkan yang lapang di sisi-Mu.

*Kutulis ulang menjelang Idul Adha,10 Dzulhijjah 1434 H

Diambil dari Jurnal Hajiku, pengalaman spritual yang sangat menyentuh.
Padang Arafah bukti kehambaan kepada Allah. Melepaskan keduniaan, semua sama.
berdoa tanpa lindungan atap mewah, hanya tenda putih. 
Hari Arafah hari yang paling dicintai Allah hingga melihat hambanya menangis.mengakui kehambaannya.



Rombongan jamaah bersiap siap melaksanakan perjalanan Armina










No comments:

Post a Comment